PALANGKA RAYA – Jasa August Narang, seorang pedagang dari Mandomai memiliki peranan besar dalam membesarkan Gereja Dayak Evangelis (GDE) yang sekarang dikenal dengan Gereja Kalimantan Evangelis (GKE).
Berkat perjuangannya tersebut, Pendeta Dr Marko Mahin MA menulis buku ‘August Narang Pedagang Pembawa Terang’ dan resmi diluncurkan sekaligus ibadah kilas balik perjuangan August Narang, bertempat di GKE Sakatik Jalan Baban I Palangka Raya, Sabtu (25/1) sore.
Peluncuran buku tersebut dihadiri oleh keturunan keluarga besar August Narang. Di antaranya, Pudjirustaty Narang (mantan Bupati Pulang Pisau), Agustin Teras Narang (Anggota DPD RI dan mantan Gubernur Kalteng 2005-2015), Andrey Leonardo Narang, Axcel Narang dan keluarga Narang lainnya dari keturunan August Narang.
Pdt Marko Mahin sebelum peluncuran buku menjelaskan terkait sosok August Narang dan peran sentralnya dalam membesarkan GDE yang sekarang dikenal dengan GKE.
Mewakili keluarga besar August Narang, Agustin Teras Narang menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pdt Marko Mahin atas perannya untuk menulis kisah dari August Narang Pedagang Pembawa Terang.
“Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, khususnya Pak Pdt Marko Mahin yang sudah meluangkan waktunya untuk menulis kisah dari Bue (kakek) kami August Narang. Ini merupakan salah satu peran dari banyak peran lainnya dalam membesarkan GKE di Kalimantan,” ungkap Teras Narang.
Kisah dari Bue kami ini, kata Teras Narang, merupakan pemancing yang mengetahui kisah lain atau data dan pengetahuan lain tentang kisah yang lebih lengkap dipersilakan untuk menyampaikan.
“Upaya ini tentu kita inginkan agar kita bisa mengetahui sejarah, karena August Narang merupakan hanya salah seorang yang memiliki peran besar dalam perjuangan masa lampau. Beliau juga merupakan seorang yang non pribumi dapat terpilih sebagai pengurus Gereja Dayak Evangelis dan itu merupakan sebuah kehormatan,” jelasnya.
Ini merupakan sebuah hal yang telah dipikirkan oleh para pendahulu, khususnya sosok August Narang yang memikirkan bahwa dalam GDE nanti bukan hanya ada orang Dayak yang beribadah sebagai jemaat.
“Maka dari itu untuk menanungi semua orang Kristen Kalimantan, maka sekarang kita kenal dengan Gereja Kalimantan Evangelis. Maka dari itu, kita semua harus terus berjuang untuk bersama menjaga dan membesarkan Gereja kita ini,” pungkasnya.
Mengenal Sosok August Narang
Keberadaan Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) yang telah berkembang pesat hingga kini memiliki akar sejarah panjang, berkat perjuangan tokoh-tokoh Kristen pendahulu. Salah satu tokoh sentral yang terlibat dalam pembentukan GKE adalah August Narang, seorang masyarakat biasa yang memiliki semangat luar biasa dalam menyebarkan agama Kristen.
Pada masanya, gereja ini masih bernama Gereja Dayak Evangelis (GDE). Meskipun bukan seorang pendeta, August Narang berperan penting dalam sejarah berdirinya GDE, menjadikan namanya dikenang hingga kini.
August Narang dilahirkan pada tahun 1886 di Kampung Mandomai, sebagai anak pasangan Narang dan Laura Tundan. Pendidikan dasarnya ditempuh di Sekolah Zending Mandomai, yang menjadi landasan awal pembentukan karakternya. Sejak kecil, August sudah menunjukkan bakat berdagang yang diwarisi dari ayahnya, seorang pedagang gigih yang menjelajah ke berbagai wilayah seperti hulu Sungai Kapuas, Kahayan, Miri, Rungan, dan Manuhing.
Di Mandomai, August Narang, yang juga dikenal sebagai Bapak Demal, dikenang sebagai pemilik toko terbesar di daerahnya. Ia disebut sebagai “pasak lewu” atau orang kaya yang berpengaruh. Dalam buku karya Pendeta Dr. Marko Mahin, diceritakan bahwa August memiliki perahu besar bernama janggolan, yang digunakan untuk mengangkut barang dagangan tanpa mesin, digerakkan oleh layar atau dayung.
Rumah August yang terletak di pinggir Sungai Kapuas berfungsi sebagai toko atau warung yang melayani kebutuhan eceran dan grosir. Perahu janggolan miliknya bahkan dijadikan toko terapung yang beroperasi setiap hari pasar di Mandomai. Dengan perahu tersebut, ia melayani pembeli yang datang menggunakan perahu kecil.
Selain menjual barang-barang dari Banjarmasin, August juga membeli hasil bumi seperti getah hangkang, katiau, jelutung, damar, dan rotan untuk dijual kembali. Ia kerap berlayar hingga ke Jangkang, membeli kayu ulin dan hasil hutan lainnya.
Selain sebagai pedagang, August juga memegang peran penting dalam masyarakat. Ia menjabat sebagai Pambakal atau kepala kampung Kalampan dari tahun 1925 hingga 1939. Tak hanya itu, ia juga menjadi anggota komisi (Lid-Commissaris) Landraad Koeala Kapoeas, sebuah lembaga pengadilan bagi masyarakat pribumi untuk perkara perdata dan pidana.
Kiprah August Narang dalam pembentukan Gereja Dayak Evangelis dimulai pada Sinode Umum di Mandomai tahun 1930, di mana ia terpilih sebagai Wakil Ketua merangkap Sekretaris majelis sinode (Synodale Comissie). Pada masa itu, GDE merupakan kumpulan jemaat-jemaat Kristen di Kalimantan. Melalui sinode berikutnya di Barimba tahun 1935, August terus berperan aktif dalam memperkuat fondasi gereja tersebut.
Herman Witschi, Inspektur Zending Basel untuk Kalimantan, mencatat bahwa August Narang bersama Hendrik Bodoh memiliki peran besar dalam membangkitkan kesadaran akan pekabaran Injil di Jemaat Kristen Mandomai. Dedikasi August dalam melayani jemaat menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah gereja di Kalimantan.
Pada tahun 1941, sebelum Sinode Umum ketiga di Banjarmasin, August Narang mengundurkan diri dari kepengurusan majelis sinode. Menjelang usia 62 tahun, kesehatannya menurun. Ia berpulang pada 28 Juni 1948 dan dimakamkan di kompleks pekuburan Kristen Mandomai.
Kisah hidup August Narang adalah cerminan dedikasi seorang tokoh yang tanpa gelar pendeta mampu memberikan dampak besar bagi perkembangan gereja dan masyarakat di Kalimantan. Sebagai pedagang yang berperan aktif dalam pelayanan gereja, ia layak dikenang sebagai “Pedagang Pembawa Terang”. (sumber: Pdt. Dr. Marko Mahin). (R1)