Palangka Raya – Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPD GMNI) Kalimantan Tengah melalui Wakil Ketua Bidang Politik, Satria Bintang Erja Hamadani, mengecam keras peristiwa aparat kepolisian yang menjadi dosen tamu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya.
Menurutnya, tindakan tersebut tidak etis dan memalukan.
“Saya sangat mengecam keras peristiwa tersebut. Menurut pandangan saya, ini sudah melanggar norma etika dan moral. Saya tidak mempermasalahkan aparat kepolisian menjadi tenaga pendidik atau dosen, karena secara undang-undang tidak dilarang selama berkompeten dan layak. Namun, yang menjadi masalah adalah ketika aparat mengajar mahasiswa dengan pakaian seragam lengkap dan pengawalan ketat,” tegas Satria, Kamis (21/8/2025)
Ia menilai kehadiran polisi berseragam di ruang kuliah berpotensi mengurangi daya kritis mahasiswa.
“Masuknya aparat kepolisian ke kampus juga berpotensi mematikan nalar kritis mahasiswa. Kita tahu mahasiswa adalah insan kritis dan akademis. Saya khawatir, ketika ada mahasiswa yang ingin bertanya dengan pemikiran tajam, mereka enggan karena melihat seragam dan baret yang digunakan aparat. Apalagi audiens saat itu adalah mahasiswa baru yang masih dalam tahap penyesuaian,” jelasnya.
Satria menegaskan agar kejadian serupa tidak terulang, demi menjaga iklim akademik yang sehat dan inklusif di Universitas Palangka Raya, khususnya FISIP.
“Saya harap jangan ada lagi kejadian seperti ini ke depannya, agar tercipta lingkungan kampus yang inklusif dan menjadi wadah pemikiran kritis mahasiswa. Saya yakin Kalimantan Tengah tidak kekurangan akademisi yang mampu mengisi materi sebagai dosen tamu,” tutupnya. (R2)