BeritaPalangka Raya

Swarapena dan Walhi Kalteng Selenggarakan Kelas Menulis untuk Perkuat Literasi Kritis

Avatar
4
×

Swarapena dan Walhi Kalteng Selenggarakan Kelas Menulis untuk Perkuat Literasi Kritis

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

VOXMERDEKA.ID, PALANGKA RAYA – Komunitas Menulis Swarapena bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Tengah secara rutin menggelar kelas menulis terbuka untuk umum di Palangka Raya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan menulis dan menumbuhkan budaya literasi yang peka terhadap isu lingkungan dan sosial.

Penggagas Swarapena, Roni Sahala, menjelaskan bahwa kelas ini lebih dari sekadar forum teknis. “Ini adalah wadah kolektif untuk berbagi pengalaman menulis,” ujar Roni. Ia berharap, kegiatan ini dapat menumbuhkan literasi kritis di Palangka Raya.

Membangun Kemampuan Menulis Beragam Genre

Dalam setiap pertemuan, peserta diajak mendalami berbagai aspek teknis penulisan, mulai dari pemilihan kata hingga proses publikasi. Roni menambahkan, “Jenis tulisan yang kita bahas pun beragam, dari jurnalistik, akademik, sampai sastra. Ruang ini milik bersama, jadi setiap orang punya kesempatan untuk menyampaikan gagasan dan belajar menulis dengan gaya masing-masing,” ujarnya pada Minggu (7/9/2025) malam.

Literasi sebagai Bagian dari Gerakan Lingkungan Hidup

Manajer Keorganisasian, Pendidikan, dan Monitoring Evaluasi Walhi Kalteng, Tri Oktafiani, menegaskan bahwa penguatan literasi adalah bagian penting dalam memperkuat gerakan lingkungan hidup. Ia menyoroti rendahnya kemampuan literasi yang berdampak pada melemahnya daya kritis generasi muda dalam membaca realitas sosial dan krisis ekologis.

“Kemampuan memahami teks dan mengolah informasi sangat penting agar anak muda tidak hanya membaca, tapi juga bisa menuliskan gagasan tentang lingkungan dan perubahan sosial. Melalui kelas menulis ini, kami ingin membangun generasi yang lebih peka, kritis, dan berani menyuarakan isu lingkungan,” tegas Tri.

Data Memperkuat Pentingnya Literasi

Keprihatinan terhadap literasi ini didukung oleh berbagai data. Studi PISA (Programme for International Student Assessment) menunjukkan sekitar 70 persen siswa di Indonesia memiliki kemampuan literasi rendah. Bahkan, UNESCO menempatkan Indonesia di peringkat kedua terbawah dunia dalam hal literasi.

Data lain dari Riset Central Connecticut State University pada 2016 menempatkan Indonesia di peringkat ke-60 dari 61 negara dalam hal minat membaca. Sementara itu, survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 menunjukkan hanya 10 persen masyarakat Indonesia yang rajin membaca buku.

“Dari keresahan itulah Swarapena lahir, sebagai ruang alternatif untuk menumbuhkan semangat membaca dan menulis, khususnya di kalangan pemuda Palangka Raya. Literasi bukan hanya soal membaca buku, tapi juga soal kesadaran dan keberanian menulis tentang kenyataan yang dihadapi,” tutup Roni. (R1)

 

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prove your humanity: 8   +   1   =